Presiden Joko Widodo memprediksi kondisi ekonomi dunia pada 2023 akan lebih sulit daripada tahun ini. Prediksi tersebut berdasarkan pertemuan dengan para pemimpin dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres, para kepala lembaga internasional, dan negara G7. Jokowi juga mengutip penjelasan dari Sekjen PBB dan IMF bahwa akan ada 66 negara yang akan ambruk ekonominya.
Dalam pidatonya di depan sidang paripurna DPR pada 20 Mei 2022 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keberlanjutan proses penguatan pemulihan ekonomi nasional perlu terus dijaga. Indonesia perlu memperkuat pondasi ekonomi dan mengakselerasi tingkat pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan produktivitas nasional menjadi kunci bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar visi Indonesia Maju 2045 dapat tercapai.
Postur APBN tahun depan masih akan defisit, tambahnya. Namun, ia memastikan pengelolaan pembiayaan untuk menutup financing gap akan dilakukan secara efisien, hati-hati, dan berkelanjutan. Defisit dan rasio utang pun akan tetap dikendalikan dalam batas aman. Defisit diarahkan kembali di bawah 3 persen, antara -2,61 persen sampai dengan 2,90 persen. Sementara itu, rasio utang diatur di kisaran 40,58 persen sampai dengan 42,42 persen.
Dengan kondisi ekonomi yang seperti itu, apakah masih ada secercah harapan bagi Indonesia bisa bertahan menghadapinya?
Keberlanjutan proses penguatan pemulihan ekonomi nasional perlu terus dijaga. Indonesia perlu memperkuat fondasi ekonomi dan mengakselerasi tingkat pertumbuhan ekonomi. Upaya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif juga sangat penting agar Indonesia dapat keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap.
Terkait hal itu, Media Indonesia secara Exclusive akan mengundang Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan untuk menjadi Keynote Speaker di program spesial Kuliah Umum